Efektivitas Penggunaan Ventilasi Non-Invasif pada Pasien Gagal Napas di ICU RS Dr Sardjito

Background: Respiratory Failure is defined as respiratory system inability to compensate oxygenation, ventilation and metabolic needs of the patient. In respiratory distress patient who needs intubation and sedation, it is highly related with the incidence of Ventilator Associated Pneumonia (VAP) and would increases the number of morbidity and mortality. Recently, NIV is one of alternative option for respiratory failure. The purpose of this study is to evaluate the effectiveness of NIV and specify proportion on respiratory failure patients in ICU Dr Sardjito General Hospital.

Methods: This research was done prospectively with randomized controlled trial parallel design. Randomization was performed by permutation block. The sample was 30 adult patients. Group V was performed NIV, while group I (control) was performed mechanical ventilation with intubation. To gain legitimate result, both groups had to be equal which performed by randomization to all variables, except for the main variables. Samples were recorded by clinical respiration changes, haemodynamic stability, and blood gas analysis. Each data will be analyzed by T test. For data proportion, it will be underwent chi-square test. If p value < 0.05, it will be defined statistically significant.

Result: Demographic characteristic (age, sex, body mass index, operative status, APACHE II score) of the patients were similar in two groups (p>0.05). Based on the t-count for P/F ratio, pCO2 level and respiratory rate before and after given NIV = 0.01<0.05, we can conclude there were statistically significant. This was related to a better work of breathing in NIV patient that made clinical respiration improvement and later on, affected the acid-base status. Meanwhile, based on the t-count for P/F ratio, pCO2 level and respiratory rate before and after given Intubation = 0.09>0.05, we can conclude there were no statistically significant. This could be happened due to 3 hours evaluation is not enough, so it would not give a fast improvement to clinical respiration and acid-base status.

Conclusion: In the first 3-hour, NIV treatment in respiratory failure patients in the ICU Dr Sardjito General Hospital had a better effect in improving clinical respiration, P/F ratio and reduce pCO2 value compared to mechanical ventilation with intubation.

Latar belakang: Gagal napas didefinisikan sebagai ketidak-mampuan dalam sistem respirasi untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi, ventilasi atau metabolik pada pasien. Pada pasien gagal napas yang membutuhkan intubasi dan sedasi, erat hubungannya dengan tingginya kejadian VAP (Ventilator Associated Pneumonia) dan akibatnya terjadi kenaikan angka morbiditas dan mortalitas. Saat ini, NIV merupakan alternatif untuk terapi gagal napas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan NIV serta proporsi pasien gagal napas di ICU RS Dr Sardjito Yogyakarta.

Metode: Penelitian ini dilakukan secara prospektif menggunakan uji klinis acak terkontrol desain paralel randomized controlled trial (RCT) dengan randomisasi blok permutasi. Subyek penelitian adalah 30 sampel pasien dewasa. Kelompok V adalah kelompok perlakuan yang menggunakan NIV (Ventilasi Non-Invasif) dan kelompok I adalah kelompok kontrol yang mendapatkan ventilasi mekanik dengan intubasi. Untuk mendapatkan hasil yang sahih maka kedua kelompok tersebut harus sebanding, dengan melakukan randomisasi sehingga semua variabel menjadi seimbang, kecuali untuk variabel perlakuan. Dilakukan pencatatan perubahan klinis respirasi, stabilitas hemodinamik, dan analisa gas darah. Data yang dikumpulkan dianalisa dengan uji t tes. Untuk data proporsi dilakukan analisa dengan tes chi-square. Jika p-value <0,05 dikatakan ada perbedaan yang bermakna secara statistik.

Hasil: Dari data demografi tidak didapatkan perbedaan yang bermakna secara statistik (p>0,05) antara kedua kelompok penelitian. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar pasien akan mendapatkan perlakuan NIV dan Intubasi memiliki frekuensi napas yang cepat. Untuk perlakuan NIV, diperoleh nilai p-value diperoleh 0,01>0,05, artinya terdapat hubungan bermakna antara rasio P/F dengan kadar pCO2 dan frekuensi napas pada pasien gagal napas yang diberikan tindakan NIV. Namun secara klinis terdapat perbaikan frekuensi napas setelah dilakukan NIV. Hal ini dimungkinkan karena Work of Breathing (WOB) pasien berkurang sehingga klinis respirasi membaik, serta selanjutnya terjadi perbaikan status asam basa. Hal ini berbeda pada pasien gagal napas yang mendapat perlakuan Intubasi. Dari uji statistik didapatkan, nilai p-value diperoleh 0,09>0,05, artinya tidak terdapat hubungan bermakna antara rasio P/F dengan kadar pCO2 dan frekuensi napas pada pasien gagal napas yang diberikan tindakan Intubasi. Kesimpulan: Penggunaan NIV pada pasien gagal napas pada 3 jam pertama lebih efektif dalam memperbaiki klinis respirasi, kadar pCO2 dan rasio P/F dibanding penggunaan ventilasi mekanik dengan intubasi.