HIPOALBUMINEMIA: PENGARUHNYA PADA FARMAKOKINETIKA AGEN-AGEN ANESTESI

Hypoalbuminemia is a condition in which the serum albumin contentration less than 3.5 mg / dL. Albumin serves as a binding protein and carrier of various substances including drugs. This manuscript discusses the effect of plasma albumin levels on pharmacokinetics changes of anesthetic agents.
Inhalation and mostly intravenous anesthetic agents are lipophilic and highly protein binding. The albumin
concentration is directly proportional to the blood/gas partition coef cient. For the intravenous agent, the unbound drug concentration gradient between plasma and tissue will be increased under conditions of hypoalbuminemia. The changes in volume distribution and elimination half-life occur, but unbound drug concentration in steady conditions does not depend on the amount of drug binding to proteins. Bolus administration of anesthetic agents generally does not require dose adjustment under hypoalbuminemia. It differs in continuous administration.

There are few clinical studies of anesthetic agents in patients with hypoalbuminemia. Generally, clinical studies are conducted in patients with cirrhosis, which can be accompanied by hypoalbuminemia. One study was able to demonstrate a change in clinical effects seen in the administration of infusion propofol as well as repeated injections compared with bolus during induction.

Hipoalbumin merupakan kondisi di mana kadar albumin yang beredar di dalam serum kurang dari 3.5 mg/ dL. Albumin berfungsi sebagai protein pengikat dan pembawa berbagai substansi termasuk obat-obatan. Referat ini mengkaji pengaruh kadar albumin plasma pada perubahan farmakokinetika agen-agen anestesi. Agen anestesi inhalasi dan intravena kebanyakan bersifat lipo lik dan memiliki pengikatan protein yang tinggi. Konsentrasi albumin berbanding lurus terhadap koe sien partisi darah/gas. Untuk agen intravena, gradien konsentrasi obat tak terikat antara plasma dan jaringan akan meningkat pada kondisi hipoalbuminemia. Perubahan volume distribusi dan waktu paruh eliminasi terjadi, tetapi konsentrasi obat tak terikat saat kondisi tunak tidak bergantung pada jumlah pengikatan obat pada protein. Pemberian agen anestesi intravena secara bolus umumnya tidak memerlukan penyesuaian dosis pada kondisi hipoalbuminemia. Hal berbeda pada pemberian kontinyu intravena.

Tidaklah banyak studi klinis mengenai agen anestesi pada pasien hipoalbuminemia. Umumnya, studi klinis dilakukan pada pasien dengan sirosis, yang dapat disertai dengan kondisi hipoalbuminemia. Salah satu studi mampu menunjukkan perubahan efek klinis akan terlihat pada pemberian propofol infusan maupun injeksi berulang di banding dengan bolus saat induksi.