MANAJEMEN ANESTESI PADA NEONATUS UMUR 3 HARI DENGAN ATRESIA ANI TANPA FISTEL DAN ATRESIA ESOFAGUS TIPE C PRO GASTROTOMI DEKOMPRESI, JEJUNOSTOMI FEEDING DAN STOMA

Background : Tracheoesophageal fistula (TEF) and esophageal atresia (EA)is a relatively commoncongenitalmalformation occurring in 1:3000-4500 live births.
Objective:To perform safety intubation and placement of ETT neonate with TEF and EA.
Case : Reporting 3 days old infant diagnosed with un stelated anal and C type oesophageal atresia, underwent decompressive gastrostomy, jejunostomy, and stoma. It was born from P2A0 30 y.o mother by spontaneous delivery with 2400 grams of birth weight. Babygram showed prominent gastric air with nasogastric tube projection at 2nd thoracal level in midvertebral line. Traditional intubation technique was applied, by pushing ETT to endobronchial level then pulling it until simetric lung auscultation achieved. Intubation was done with neither muscle relaxant agent nor positive pressure ventilation technique. Among intubation methods over tracheoesophageal stula, this patient was underwent traditional intubation technique with minimal insu ation and avoid positive pressure ventilation.

Discussion : There are several technique to perform intubation and placement of ETT in TEF and EA: traditional technique, use of Fogarty Ballon Catheter, Double Fogarty Catheters, Cuffed ETT, and one lung ventilation.

Preoperative and intra-operative bronchoscopy were used for site and anatomy of the stula identi cation and for guiding endotracheal tube placement. Since there is no rigid or exible bronchoscopy for neonate in our center, we use traditional technique insertion and placement of ETT, keep respiration spontaneus and avoid positive presssure ventilation.

Conclusion : The airway management in EA with TEF case can be performed with traditional technique well by minimal gastric insuf ation and no positive pressure ventilation .

Latar belakang : Tracheoesophageal stula (TEF) dan esophageal atresia (EA) merupakan penyakit malformasi kongenital yang sering terjadi dengan rasio 1: 3000 – 4500 kelahiran hidup.
Obyektif : Dapat melakukan intubasi dan penempatan ETT yang aman pada neonatus dengan TEF dan EA. Kasus : Dilaporkan kasus neonates usia 3 hari, dengan EA tipe C dan atresia anitanpa stel dilakukan gastrotomide kompresi, Jejunostomi dan stoma. Ibu berusia 30 tahun, P2A0, persalinan spontan pada usia kehamilan 38 minggu, dengan berat badan lahir bayi 2400 gram. Babygram menunjukkan udara gaster prominen dan pipa gastrik pada proyeksi midvertebra dengan ujung pipa setinggi korpus Vth 2. Intubasi dan penempatan ETT dilakukan dengan teknik tradisional yaitu ETT dimasukkan hingga endobronkhial kemudian ditarik perlahan sampai ETT berada di atas karina dan suara auskultasi kedua paru sama. Intubasi dilakukan tanpa pelumpuh otot Dan ventilasi tekanan positif. Diantara beberapa teknik intubasi pada padaTracheo Oesophageal Fistula, pada pasien ini dilakukan teknik intubasi tradisional dengan minimal insu asi dan menghindari ventilasi tekanan positif.

Diskusi : Terdapat beberapa teknik untuk melakukan intubasi dan penempatan ETT pada pasien dengan TEF dan EA: teknik tradisional, dengan Fogarty Ballon Catheter, Double Fogarty Catheters, Cuffed ETT, dan ventilasi satu paru. Preoperatif dan intra-operatif bronkhoskopi dilakukan untuk menentukan tempat dan anatomi stula dan sebagai petunjuk penempatan ETT. Oleh karena tidak ada bronkoskopi eksibel ukuran neonatus di rumah sakit kami, kami menggunakan teknik intubasi tradisional, menjaga napas tetap spontan, dan hindari ventilasi tekanan postif.

Kesimpulan : Manajemen jalan napas pasien EA dan TEF dapat dilakukan dengan teknik tradisional dengan minimal insu asi ke lambung dan tanpa ventilasi tekanan positif.